Minggu, 18 April 2010

Gigih Berjuang Membangun Pura

Para pemuda di Dusun Gentan, Gombyongan, Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah pantang menyerah untuk mewujudkan impian membangun Pura di Dusunnya. Tentu saja perlu perjuangan keras. Bagaimana awal kisahnya?

Pura Genta Bhuana Sakti yang terletak di Gentan, Gombyongan, Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah ini dikenal dengan sebutan Pura Milenium. Pasalnya, pembangunan Pura dilakukan bertepatan dengan tahun 2000, yakni tahun Millenium.
Sesungguhnya, umat Hindu Gentan sudah sangat menginginkan Pura sejak tahun 1980an. Mereka beberapa kali mengajukan sebidang tanah kepada pemerintah untuk pembuatan Pura, tapi selalu menjumpai kegagalan.
Saking besarnya keinginan warga untuk membuat tempat ibadah, lima orang pemuda Hindu di Gentan sengaja melakukan ritual nayuh wahyu (bertapa dengan tenaga dalam) pukul 01.00 dini hari di selatan desanya.
Sunaryono, salah satu anggota kelompok pemuda itu menuturkan, saat mereka melakukan meditasi tiba-tiba ada sebuah kilau sinar biru bercahaya mirip bola api kebiru-biruan menyala di ujung timur desanya. Ia dan keempat rekannya, Agus Setiawan, Jumadi, Suyadi dan Eko Wahyudi terheran-heran. Mereka meyakini, di sanalah tempat yang tepat dibangun sebuah Pura. Sebidang tanah milik salah satu tokoh di desa tersebut.

Setelah melalui berbagai proses suka dan duka, akhirnya tanah tersebut terealisasi. Umat Hindu Gentan pun bisa bernafas lega. Mereka segera menyiapkan material pembuatan Pura.
Aneh, pembangunan Pura di areal seluas 300 meter² hanya memakan waktu sebulan. “Pembuatan Pura itu tidak mengenal lelah. Para warga Hindu maupun non Hindu bekerjasama membuat Pura siang malam tanpa henti,” ujar Suparyono.
Pria yang menjabat sebagai Ketua Muda-mudi Hindu tingkat RW ini juga menceritakan, sebelum ada Pura, masyarakat bersembahyang di rumah warga yang memiliki rumah agak luas. Itupun dilakukan seminggu sekali. “Waktu itu kami sembahyang bergiliran dari rumah ke rumah,” kenang lelaki kelahiran 13 April 1981 itu. Namun, sesudah Pura dibangun umat sangat berbahagia hingga setiap hari Pura ramai dipadati umat untuk bersembahyang.

Nama Pura Genta Bhuana Sakti, diambil dari nama dukun warga setempat yakni Gentan. Tentunya, umat Hindu menginginkan agar Pura tersebut banyak yang nguri-uri (memelihara untuk berbakti) akan kesaktian Idha Sang Hyang Widhi Wasa, maka disebut Sakti. Sedangkan kata Bhuana berarti alam semesta. Jadi, Pura Genta Bhuana Sakti adalah kekuatan alam dari kesaktian Tuhan yang terbukti dari jatuhnya cahaya biru saat para pemuda melakukan nayuh wahyu.

Padmasana masih 'Kesepian'
Jika di Pura-pura lain terdapat tiga Padmasana, lain halnya dengan Pura Genta Bhuana Sakti. Padmasana di Pura tersebut masih sendirian lantaran belum ada dana untuk pembangunan lagi. Jangankan memikirkan penambahan Padmasana, balai di Pura yang memiliki dua mandala itu sangat rentah ambruk. Atapnya terbuat dari daun tebu yang dikeringkan. “Saat musim penghujan, atap di balai Pura pasti bocor,” tandas Yono. Meski dengan keadaan seadanya, warga Hindu di Gentan ini terus mebakti kehadapan Idha Sang Hyang Widhi.
"Untunglah, sekarang balai itu sudah diperbaiki," ujarnya lelaki yang menjadi guru agama Hindu di SMP N 3 Jatianom, Klaten ini sambil tersenyum.
Meski ‘kesepian’, Padmasana di Pura Milenium tetap unik dengan hiasan cat berwarna-warni. Sejak tahun pembuatan, cat tetap melekat dan mengkilat serta tidak pudar sedikitpun.


Tri Wahyu Utami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar