Minggu, 18 April 2010

Kok Hindu Terus Ketinggalan 'Kereta' ya ??

Terkisah seorang perempuan lugu nan pemalu. dialah Lestari, murid kelas 3 SMP N III Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. saya mengenalinya pertama kali saat kami belajar bersama di Pasraman. di Pura Luda Bhuana yang jauh dari jangkauan komunitas umat lain. berlokasi di bukit Ngargoyoso, jalannya pun sungguh luar biasa berliku dan terjal bebatuan. butuh waktu satu jam mendaki tempat belajar kami dari jalan raya.

ya, ya...dialah Lestari, gadis berambut panjang dan anggun. ia pakar pelajaran fisika, matematika dan pelajaran yang lain, bahkan pelajaran agama Hindu ia hafalkan di luar kepala.
menghadapi ujian nasional, Lestari pun gencar membaca buku pelajaran dan ngebut latihan soal-soal. tak hayal jika teman-temannya sering datang ke rumahnya yang sangat sederhana.

betul, ia sangat lugu. ia hanya senyum-senyum ketika kami mengobrol ngalor ngidul. namun ia tegas saat menerangkan pelajaran fisika pada rekan-rekannya. ia sabar menjelaskan satu per satu soal-soal yang cukup rumit. saya dibuatnya melongo begitu juga mbak dwi yang saat itu berboncengan dengan saya menuju tempat belajar mereka. tentu saja lantaran kecerdikannya dalam membahas soal-soal.

Lestari sangat manis, apalagi saat ia tersenyum. dari raut muka serta tutur bahasanya yang sopan, ia tipikal perempuan yang pantang menyerah dan pekerja keras dalam keluarga. namun sayang, ia pasrah dengan satu hal, yakni masa depannya.

betapa tidak, keluarga gadis berpenampilan sederhana ini jauh dari kecukupan secara material, sehingga Lestari pun enggan meminta orang tuanya mengirim ke SMA. ia 'takut' menjadi beban orang tuanya.
"tapi ada niat sekolah ’kan dik?" tanya saya pelan.
"tentu saja mbak, kalau ada yang membiayai, saya akan melanjutkan sekolah dan meraih cita-cita saya," ujarnya.

saya tidak berani menanyakan cita-cita apa yang ia angankan. apakah dokter, politikus, agamawan ??
saya enggan dan pasti menyinggung perasaannya.

andaikan saya memiliki harta melimpah,
sawah yang lapang,
ternak berjuta,
rumah megah dan mewah,
tentu saya membantunya untuk mewujudkan, entah apa yang menjadi cita-citanya.

Lestari menjadi bayangan dalam langkah saya.
Adakah yang sudi menolongnya?
ini bukan 'mengemis'.....
sekali lagi ini bukan mengemis sesuap nasi, atau ilmu pengetahuan. bukankah kita punya dari orang-orang punya? bukankah kita ada karena yang lain ada?
ini bukan soal "sekolah membelenggu, atau semua ditentukan pemerintah -- wajib belajar 12 tahun"
saya tegaskan, ini bukan mengemis.
tapi, Lestari, menurut saya, adalah generasi Hindu, sekaligus warga Indonesia yang patut mendapatkan bantuan berupa apapun itu. terutama pendidikan sekolah formal.

***
Ujian nasional tinggal beberapa hari lagi, dan saya yakin dia akan menjadi juara parallel di sekolahnya, seperti 3 tahun terakhir ini. Juara yang ia raih saban akhir semester.

Semoga ada banyak orang yang terketuk pintu hatinya dan mengajak lestari menapaki rumput-rumput hijau impiannya.

***
satu bulan telah berlalu, saya berjumpa dengan salah satu Pemangku dari Bali. Beliau menawarkan dengan iklas bersedia menjadi orang tua asuh Lestari, betapa gembiranya saya. Girang tak terperikan.
namun, Lestari telah mendapat tumpuan hidup. orang Semarang telah membiayainya sekolah. saya lega pula.

***
kawan, lihatlah ke bawah, masih banyak Lestari-lestari cerdik di 'lubang kemiskinan material'. hingga menempuh pendidikan pun tak mampu.
Semoga Lestari legowo, lilo, dan riang seperti saya ketika mendapat kabar bahwa dia akan kembali merajut benang-benang impiannya.

Tri Wahyu Utami.

1 komentar:

  1. om suasti astu
    salam kenal.... teruskan menulis di blog ini, saya sangat senang membaca terkait hindu di jawa. apalagi baca tentang lestari... jadi ikut sedih.
    om santi santi santi om

    made tangkas b.

    BalasHapus